featured Slider


?max-results="+numposts1+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=bthemez_slider\"><\/script>");

PHIMOSIS

BAB II
PEMBAHASAN


  2.1         Definisi
a.    Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretaksi keproximal sampai ke korona glandis.
b.    Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans).

  2.2        Etiologi
a.    Konginetal (fimosis fisiologis)
 Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis

Askep TUMOR OTAK


1.    DEFINISI
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030)
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak. Neoplasama ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).

ENCEPHALITIS


A.    DEFINISI

Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000)

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen  (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994)

SEPSIS


A.   DEFINISI
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186).
Sepsi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003, hal 92).

Atresia ani


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Atresia ani, (dubur/pelepasan imperforated), adalah kegagalan dari selaput yang anal untuk pecah;rinci. Dubur itu adalah utuh dan berkait dengan selaput. Atresia ani adalah paling sering ditemui di dalam melahirkan anak sapi dan babi-babi. Jika tujuan dubur dengan membabi buta sebagai suatu kantung culde suatu jarak yang pendek berkenaan dengan tengkorak kepada selaput yang anal, kondisi itu menyebut atresia rektal (Angguk dan Lahunta 1985).
Dubur/pelepasan vaginalis adalah keganjilan di mana satu pembukaan tidak biasa ada antara dubur terminal dan liang peranakan. Dubur/pelepasan itu bisa secara parsial dikembangkan atau kekurangan dan tinja diungsikan melalui vulva. Ketiadaan dubur/pelepasan, dubur atau tanda titik dua kecil adalah satu menerima warisan kelainan mematikan. Itu muncul yang luar biasa di dalam populasi yang umum hanya dengan suatu secara relatif persentase yang tinggi di dalam jenis atau bangsa dengan darah bercampur yang tertentu (Oehme dan Perier 1974). 
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. Bentuk cacat sejak lahir merekam dalam 71 pemamah biak, termasuk melahirkan anak sapi, anak domba dan anak-anak, secara retrospektif ditinjau. Ada 15 atresia ani,10 atresia ani recti, 2 atresia ani dengan vaginal dan kesterilan kandung kecing/dalam, 11 dubur/pelepasan vaginalis, 3 kloaka yang gigih, satu kloaka yang gigih dengan kesterilan tulang belakang, 11 urachus yang gigih, 7 divertikulum urethral, 8 omphalocele dan 3 meningoceles. Perawatan berhub dg pembedahan untuk  kondisi-kondisi seperti itu dilaksanakan setelah diagnosis pembedaan.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan Atresia Ani ?
2.    Apa etiologi dari Atresia Ani ?
3.    Sebutkan manifestasi klinis dari Atresia Ani ?
4.    Bagaimana Patofisiologi dari Atresia Ani ?
5.    Apa saja data penunjang dari Atresia Ani ?
6.    Bagaimana pathway dari Atresia Ani ?
7.    Bagaimana pengkajian pada Atresia Ani ?
8.    Apa sajakah diagnosa keperawatan dari Atresia Ani ?

C.   Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
1.    Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dari  Atresia Ani.
2.    Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari Atresia Ani.
3.    Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis dari Atresia Ani
4.    Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Atresia Ani .
5.    Mahasiswa mampu menyebutkan data penunjang dari Atresia Ani .
6.    Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari Atresia Ani .
7.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Atresia Ani .
8.    Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan dari Atresia Ani.













BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A.      Definisi
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara kongenital (Dorland, 1998).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia Ani berasal dari dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, atresia artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubuler secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya atau buntutnya saluran atau rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu Anus imperforata.

B.      Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.    Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2.    Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3.    Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

C.      Manifestasi Klinik
1.    Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.    Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.    Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4.    Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.    Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6.    Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7.    Perut kembung.
(Betz. Ed 7. 2002)

D.      Patofisiologi
Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakaal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam perkembangan fekal. Kegagalan migarasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretraa dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya.

E.       Data Penunjang
1.    Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
2.    Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3.    Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4.    Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5.    Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6.    Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
a.    Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.

b.    Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c.    Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

A.      PENGKAJIAN

1.    Biodata klien
2.    Riwayat keperawatan
a.  Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b.  Riwayat kesehatan masa lalu
3.    Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4.     Riwayat tumbuh kembang
a.    BB lahir abnormal
b.    Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang
b.    Pernah mengalami trauma saat sakit
c.    Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d.    Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5.    Riwayat sosial
Hubungan social
6.   Pemeriksaan Fisik
a.  Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:
1)      Keadaan luka: tanda kemerahan, pengeluaran cairan
2)      Adanya pembengkakan dan menutup sempurna
3)      Lakukan pengkajian kepatenan lubang anal pada bayi baru lahir
b.    Pemeriksaan daerah rektum:
1)      Pengeluaran feses
2)      Observasi adanya pasase mekonium. Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.
3)      Observasi feses yang seperti karbon pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen
4)      Bantu dengan prosedur diagnostik mis : endoskopi, radiografi
c.    Kecemasan
d.    Nyeri



BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Diagnosa Keperawatan
Pre Oprasi :
1.    Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
2.    Resti infeksi berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
3.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
4.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran feses tidak terkontrol
Post Oprasi :
1.    Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
2.    Resti infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
3.    Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
4.    Gangguan body image berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

B.    Definisi
Pre Operasi
1.  Keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi feses
2.  Keadaan ketika seseorang individu beriko terserang oleh agens patogenik atau oportunistik (virus, jamur, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen
3.  Suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolism nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik
4.  Keadaan ketika seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular

Post Oprasi
1.    Keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang
2.    Keadaan ketika seseorang individu beriko terserang oleh agens patogenik atau oportunistik (virus, jamur, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen
3.    Keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis
4.    Suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keadaan negative dari perubahan mengenai perasaan, fikiran, atau pandangan mengenai dirinya.

C.   Intervensi
Pre Operasi:
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1















2..










3.


















4.












Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan feses keluar melalui vagina










Resti infeksi berhubungan dengan feses keluar melalui vagina






Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia












Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran feses tidak terkontrol


Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAB setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:
  1. Pasien dapat BAB dengan normal
  2. Tidak ada perubahan pada jumlah feses

Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:
Tanda infeksi tidak ada


Tujuan : Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH :
  1. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
  2. Turgor pasien baik
  3. Pasien tidak mual, muntah
  4. Nafsu makan bertambah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan volume cairan terpenuhi dengan KH :
1.    Turgor kulit baik
2.       Pengeluaran feses terkontrol
1.    Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
2.    Ajarkan teknik relaksasi distraksi
3.    Berikan posisi yang nyaman pada pasien
4.    Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi



1.    Kaji KU pasien
2.    Observasi tanda-tanda infeksi
3.    Kolaborasi pemberian antibiotik




1. Kaji KU pasien
2. Timbang berat badan pasien
3. Catat frekuensi mual, muntah pasien
4. Catat masukan nutrisi pasien
5. Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu




1. Monitor intake – output cairan
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
3. Pantau TTV

1.Mengetahui pola BAB pasien
2. Mengetahui input dan output cairan yang ada dalam tubuh klien
 3.Mengetahui adanya komplikasi
4.Mengurangi  rasa sakit


1. Untuk mengetahui keadsaan umum pasien
2.Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
3. Untuk meminimalkan jumlah bakteri

1. Mengetahui keadaan umum pasien
2.Mengantisipasi adanya malnutrisi
3.  Mengetahui output pasien
4. Mengetahui input pasien.
5. Untuk menambah nutrisi pasien
6. Mengetahui diit yang dibutuhkan



1.  Mengantisipasi adanya dehidrasi.
2.  Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi.
3.  Mengetahui keadaan umum pasien
http://krisbudadharma.blogspot.com/2012/05/atresia-ani.html
Go to Top
Copyright © 2015 KRIS BUDADHARMA
Distributed By My Blogger Themes | Template Created By