UROLITIASIS
A.
Pengertian
Urolitiasis
adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem penyalur urine,
tetapi batu umumnya terbentuk diginjal. (robbins 2007)
Urolitiasis
adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Batu ini dibentuk oleh
kristalisasi larutan urine (kalsium oksalat, asam urat, kalsiumfosfat, struvit,
dan sistin). (sanda M netinna 2002)
Urolithiasis
adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada
ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan
yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan
dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar
untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh
atau merah. (brunner and suddatrh, 2002: 1460).
B.
Etiologi
1. Faktor intrinsik antara lain :
a. Umur, penyakit batu saluran kemih
paling sering didapatakan pada usia 30-50 tahun
b. Hereditair (keturunan). Penyakit ini
diduga diturunkan dari orang tuanya. Dilaporkan bahwa pada orang yang secara
genetika berbakat terkena penyakit batu saluran kemih, konsumsi vitamin C yang
mana vitamin C tersebut banyak mengandung kalsium oksalat yang tinggi akan
memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu pula dengan konsumsi vitamin
D dosis tinggi, karena vitamin D menyebabkan absorbsi kalsium dalam usus
meningkat.
c. Jenis kelamin jumlah pasien laki-laki
tiga kali lebih banyak dibanding dengan pasien perempuan
2. Faktor ekstrinsik antara lain :
a. Asupan air kurangnya asupan air dan
tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
b. Diet obat sitostatik untuk penderita
kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik
bersifat meningakatkan asam urat dalam tubuh. Diet banyak purin, oksalat, dan
kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
c. Iklim dan temperatur individu yang
menetap didaerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung
mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan
ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih akan
meningkat.
d. Pekerjaan. Penyakit ini sering
dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya duduk atau kurang aktivitas .
e. Istirahat (bedrest) yang terlalu lama,
misalnya karena sakit juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
f. Geografi pada beberapa daerah
menunjukkan akan kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain
sehingga dikenal sebagai daerah ston belt (sabuk batu). (Ragil 2009)
C.
Patofisiologi
Batu
dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, obstruksi mungkin hanya
parsial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang
disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya.
Proses
patofisiologi dari batu perkemihan atau urolitiasis sifatnya mekanis
Urolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti
pus, darah, jaringan yang tidak vital,tumor atau urat. Komposisi mineral dari
batu ginjal bervariasi. Kira-kira ¾ bagian dari batu adalah kalsium, fosfat,
asam urin,dan custine. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan rendah dan juga peningkatan bahan- bahan organic akibat infeksi saluran
kemih atau urin statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Ditambah ada
infeksi meningkatakan kebasaan urin (oleh produksi ammonium), yang berakibat
prepitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
Proses
terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori (Prof.dr.Arjatmo Tjokronegoro,
phd.dkk,1999) antara lain :
a. Teori intrimatriks
Terbentuknya batu saluran kencing
memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk
batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti
peptip fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida
akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing. ·
A.
Manifestasi
klinis
1.
Rasa
nyeri (kolik renal)
2.
Hematuri
3.
Berkemihnya
sering tapi sedikit-sedikit sekali
4.
Pada saat berkemih keluar batu
5.
Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal
ginjal)
6.
Kulit
hangat dan kemerahan; pucat
7.
Distensi abdominal; penurunan atau tak ada
bising usus
8.
Muntah
9.
Nyeri
tekan pada area ginjal saat dipalpasi
10.
Demam, menggigil
11.
Kandung
kemih penuh
B.
Komplikasi
a.
Obstruksi Ginjal
b.
Perdarahan
c.
Infeksi
d.
Hidronefrosis
C.
Data
penunjang
a. Urinalisis
Untuk menentukan terdapatnya silinder,
kristal dan sel-sel darah, kultur untuk mengetahui infeksi saluran kemih dan
jumlah urinnya dikumpulkan selama 24 jam untuk mengukur kadar kalsium oksalat,
phosporus, dan asam urin.
b. Pemeriksaan urin Nitroprusside
Dilakukan untuk mencek terdapatnya
cystine
c. BUN dan serum kreatinin
Untuk menentukan fungsi renal.
d. IVP
Untuk memperlihatkan dilatasi ureter
diatas batu yang menyumbat
e. USG
Untuk mengetahui Hidronefrosis
f. X-ray
Untuk mendeteksi batu kalsium.
g. Studi Radiografi
Untuk membilas batu yang kecil sekali
D.
Penatalaksanaan
a. Tujuan dasar penatalaksanaan adalh
untuk menghilangkan batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi.
1. Pengurangan nyeri: tujuan segera dari
penananan kolik renal tau ureteraladalah untuk mengurangi sampai penyebabnya
dapat dihilangkan, morfin atau meperiden diberikan untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri yang luar biasa.
2. Pengangkatan batu: pemeriksaan sistoskopik dan
paase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batuyang menyebabkan obsrtuksi
(jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
3. Lithotripsy gelombang kejut ekstrakorporeal
(ESWL): adalah prosedur noninvansif yang digunakan untuk menghancurkan batu
dikalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti
pasir, sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
4. Pengangkatan bedah: pengangkatn bedah
batu ginjal mode terapi utama.
(brunner and suddatrh, 2002: 1462).
b. Penatalaksanaan secara farmakologi
Analgesia untuk meredakan nyeri dan
memberi kesempatan batu untuk keluar sendiri. Opioid (injecsi morfin sulfat,
petidin hidroklorida)au obat AINS (mis ketorolac dan naproxen) dapat diberikan,
bergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotic dilakukan apabila terdapat infeksi sal
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder.
Setelah dikeluarkan, batu ginjal
dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya. Preparat diuretic tiazida akan
mengurangi kandungan kalsium dalam urine dengan menurunkan ekskresi kalsium
dalam tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan pemberian
alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat.
(Chang, Esther, 2009 hal: 239).
A.
Pengkajian
a. Identitas
Pasien
Mencakup nama, umur, agama, alamat,
jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll.
b.
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang
kiri hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke
depan sampai ke penis. Penyebab nyeri tidak di ketahui.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi
makanan yang kaya vit D, klien suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan
mengkonsumsi berbagai macam makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami
batu ginjal atau penyakit lainnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang ditemukan pada klien
ini adalah sebagai berikut :
Tanda-tanda vital
TD : 150/90 RR : 22 x/menit
Nadi :
90x/menit Suhu
: 39 celcius
1. Rambut : hitam, pendek, lurus, bersih
2. Kulit kepala : kotor
3. Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis
Sclera : tdk ikterik
4. Mulut dan gigi
Rongga mulut : bersih
Lidah : bersih
5. Dada dan thorak
I : simetris kiri dan kanan
P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri
tekan
P: terdengar
sonor
A: reguler
6. Abdomen
I : adanya pembesaran pada abdomen
bawah bagian belakang
P : akan teraba massa bila keadaan
sudah lanjut
P : n: tympani
A: bising usus (+) n: 5-35x/i
7. Genetalia
Observasi adanya lesi, eritema,
fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk
kesimetrisan
8. Rectum dan anus
I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan
P: merasakan adanya massa
9. Kulit/ intagumen
I: amati adanya perubhan dan
pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan,sianosis, lesi kulit, ikterik.
d. Kebutuhan sehari-hari
1. Makan & minum:
Makan : Sehat : 3x sehari, komposisi
nasi + lauk, sayur.
Sakit : 3x sehari, hanya menghabiskan
setengh porsi.
Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air
putih
Sakit : 10-12 gelas sehari, air putih
2. Eliminasi:
BAK: sehat : 5-7x sehari
Sakit : BAK melalui kateter
BAB: Sehat : 1x sehari,konsistensi
lembek
Sakit : 4x sehari konsistensi encer
3. Personal hygiene:
Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun
Sakit : 1x sehari dibantu di ats
tempat tidur
4. Istirahat & Tidur
Tidur siang: sehat : 2-3 jam sehari,
tidak ada gangguan
Sakit : 6-7 jam, gelisah
Tidur malam: sehat : 6-8 jam, tidak
ada gangguan
Sakit : 7-8 jam, gelisah
e. Data Psikologis
Pada klien dengan urolitiasis biasanya
akan cemas dengan kondisinya, apalagieliminasi urine tidak teratur dan nyeri,
akan menimbulkan kecemasan yang meningkat.
f. Data Social Ekonomi
Meliputi hubungan sosial klien dengan
orang lain dan status ekonominya, urolitiasis dapat menyerang siapa saja baik
dari golongan ekonomi rendah maupun tinggi
g. Data Spiritual
Menyangkut kemampuan klien untuk dapat
melakukan ibadah dengan baik untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi
adanya keyakinan spiritual yang berhubungan dengan penyakitnya.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan iritasi batu ginjal
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan retensi urine
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d output berlebih/input kurang
4. Hipertermi berhubungan
dengan infeksi
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan
retensi urine ditandai dengan oedema
Tujuan: Input dan output yang seimbang
C.
Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan,
pembentukan edema
Tujuan : nyeri klien berkurang dan
hilang
KH : skala nyeri : 5, klien tidak
tampak menahan nyeri
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (
skala 0-10 ) dan penyebaran
R/
: Membantu mengevaluasi temapt obstruksi dan kemajuan gerkan kalkulus
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya
melaporkan ke staff terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
R/
: Memberikan kesempatan untuk pemberian anlgesi sesuai waktu dan kemungkinan
lewatnya batu/ terjadi komplikasi
3. Berikan tindakan nyaman, contoh
pijatan punggung, lingkungan istirahat.
R/
: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan menongkatkan koping
4. Bantu atau dorong penggunaan nafas
berfokus dan aktivitas terapetik
R/
: Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
5. Dorong atau Bantu ambulasi sesuai
indikasi dengan tingkatkan pemasuakn cairan sedikitnya 3-4 liter/hari dalam
toleransi jantunng
R/
: Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urin dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi
R/
: Menurunkan rasa nyeri/ kolik
7. Berikan kompres hangat pada punggung
R/
: Menghilangkan tegangan otoo dan dapat refleks spasme
8. Pertahankan patensi cateter bila
digunakan
R/
: Mencegah stasis/ retensi urin, menurunkan resiko infeksi
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan retensi rine
Tujuan : Berkemih dengan jumlah yang
normal dan biasa.
KH : warna urine kuning jernih tidak
terdapat darah atau batu
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine.
R/
: Membrikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
R/
: Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan dapat membantu lewatnya batu
3. Periksa semua urine. Catat adanya batu
dan kirim ke laboratorium untuk analisa
R/
: Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan
terapi
4. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi
untuk distensi suprapubik.
R/
: Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan dan potensial
resiko infeksi, gagal ginjal
5. Observasi perubahan status mental,
perilaku atau tingkat kesadaran.
R/
: Akumulasi sisa uremik dapt menjadi toksik pada SSP
6. Awasi pemeriksaan lab, contoh BUN, elektrolit,
kreatinin.
R/
: Peninggian BUN, kreatinin dan elektroloit mengindikasikan dsifungsi ginjal.
7. Ambil urine kultur dan sensitifitas.
R/
: Menentukan adanya ISK yang penyebab atau gejala komplikasi
8. Berikan obat sesuai indikasi
R/
: Untuk menurunkan pembentukan batu asam
9. Pertahankan patensi kateter tek
menetap bila menggunakan
R/
: Diperlukan untuk membantu aliran urine/ mencegah retensi dan komplikasi
10. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin
sesuai indikasi
R/
: Mengubah Ph urin dapat membantu pelarutan batu danmencegah pembentukan batu
selanjutnya.
11. Kolaborasi tindakan pembedahan
R/
: Pembedahan diperlukan untuk membuang batu yang terlalu besar
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d output berlebih/input kurang
Tujuan : klien tidak mengalami
kekurangan nutrisi
KH : mukosa bibir lembab, BB normal
Intervensi :
a. Observasi TTV
R/ : Mengetahui kondisi pasien
b. Timbang BB setiap hari.
R/ : BB sebagai indicator kebutuhan
nutrisi yang adekuat.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan
seperti bubur.
R/ : Memudahkan pasien dalam makan.
d. Berikan
makanan dengan porsi kecil tapi sering.
R/ : Mengurangi rasa mual pasien.
e. Catat
jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan pasien setiap hari.
R/ : Mengetahui jumlah nutrisi yang
masuk.
f. Anjurkan pasien menghindari makanan
yang berbau merangsang.
R/ : Menghindari
perasaan mual dan muntah.
g. Berikan terapi obat antiemetik.
R/ : Mengurangi rasa
mual dan muntah.
d. Hipertermi berhubungan
dengan infeksi
Tujuan :
suhu tubuh klien kembali normal 36 – 37
KH : tubuh
teraba hangat.
1. ukur suhu tubuh klien
R/ : Untuk
mengetahui suhu tubuh klien
2. kompres air hangat pada area lipatan
paha/ketiak
R/ : Menurunkan
suhu tubuh dengan cara evaporasi
3. anjurkan klien untuk banyak minum air
putih
R/ : Agar
tidak terjadi dehidrasi
4. anjurkan klien untuk tirah baring
R/ : Istirahat
mengurangi aktivitas menurunkan metabolisme tubuh
5. kolaborasi pemberian parcetamol
R/ : Untuk
menurunkan suhu tubuh klien.
e. Kelebihan cairan berhubungan dengan
retensi urine ditandai dengan oedema
Tujuan: Input dan output yang seimbang
Kriteria Hasil :Hasil laboratorium normal dan tidak ada edema
1. Catat input dan output
R/: Menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan
dan risiko kelebihan cairan.
2. Kaji kulit, wajah, area
edema
R/: Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada
tubuh.
3. Berikan/batasi cairan
sesuai indikasi
R/: Manajemen cairan diukur untuk menggantikan seberapa banyak
pengeluaran cairan
4. Kolaborasi dalam pemberi diuretik
R/: Diberikan jika oliguria dan untuk meningkatkan volume
urine agar adekuat
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances