ASKEP ISK



ASKEP ISK

A.   Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pada laki-laki maupun perempuan dari semua umur jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi , umur, kurang lebih 5 – 15

B.   Etiologi
1.       Bakteri (eschericia coli)
2.       Jamur dan virus
3.       Infeksi ginjal
4.       Prostat hipertropi (urin sisa)
C.   Patofisiologi
ISK (infeksi saluran kemih) yang biasanya terjadi pada saat organisme naik dari uretra ke kandung kemih, sehingga organisme ini akan berkembang biak dan meningkat sehingga menyebabkan infeksi pada uretra dan ginjal
D.  Manifestasi klinik
ISKdapat simtomatik maupun asimtomatik, pada bayi baru lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan atau atau tanda sepsis. Pada masa bayi gejala sering berupa panas yang tidak jelas penyebabnya , nafsu makan kurang, gangguan pertumbuhan, kadang-kadang diare atau kencing sangat berbau. Pada usia prasekolah berupa sakit perut, muntah, demam, sering kencing, sakit waktu kencing/sakit pinggang.
Demam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas (ureter, pietum, dan ginjal) sedangkan gejala ISK bagian bawah (kandung kemih dan uretra) biasanya lebih ringan, umumnya berupa disuria, polakisuria, ataukencing mengedan, tampa demam
E.   Pemeriksaan diagnostik
1.    Radiologis; pemeriksaan ultrasonografi
2.    Tes sensitifitas organisme
3.    Tes biakan urine dan urin lengkap, uji retensi kuman
F.   Penatakaksanaan medik
Penatalaksanaan khusus ditujukan terhadap 3 hal:
1.       Pengobatan ibfeksi akut; pada keadaan berat atau demam tinggi dan keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tampa menunggu hasil biakan urin dan uji retensi kuman
2.       Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang: 30 – 50 % akan mengalami infeksi berulang dan sekitar 50 % diantaranya tampa gejala, maka perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut. Kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun
3.       Oreksi bedah terhadap kelainan anatomi saluran kemih, bila pemeriksa radiologis ditemukan obstruksi perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium.

G.   Diagnosa Dan Fokus Intervensi
1.    Infeksi b/d adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan :           infeksi pada saluran kemih teratasi
Intervensi
a.       Kaji suhu pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu 38,50
R      :    Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b.       Catat karakteristik urine
R      :    Untuk mengetahui/mengidenfikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
c.       HE kepada pasien dan keluarga pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada ontra indikasi
R      :    Untuk mencegah statis urine
d.      Monitor pemeriksaan ulang urin kultur dan sensitifitas untuk menentukan respon terapi
R      :    Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita
e.       Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering
R      :    Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2.    Nyeri b/d perkembangan mikoorganisme
Tujuan             : nyeri teratasi
Intervensi
a.       Kaji tingkat nyeri
R      :    Untuk memudahkan melakukan intervensi selanjutnya
b.       Berikan tekhnik relaksasi
R      :      Untuk mengurangi nyeri
c.       HE kepada keluarga pasien untuk mengompres air hangat dibagian yang nyeri
R      :    Untuk memblok implus saraf agar tidak terjadi respon nyeri
d.      Kolaborasi dengan tim medis pemberian analgetik
R      :    Untuk membantu mengatasi nyeri
3.    Kekurangan divisit volume cairan b/d poliuria dan malas minum
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi
a.       Kaji tingkat kebutuhan cairan pasien
R      :    Untuk memudahkan melakukan intervensi
b.       Berikan minum/cairan yang adekuat
R      :    Agar tidak terjadi kekurangan cairan yang berlebihan
c.       HE kepada keluarga pasien, memantau pemasukan dan mengeluarkan cairan
R      :         Untuk memudahkan pemberian cairan yang adekuat
d.      Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian infus
R     :    Pemberian cairan sangat penting untuk membantu dalam mengatasimaalah
4.    Perubahan suhu tubuh (demam) b/d infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal 36 – 37 dan pasien bebas dari demam
Intervensi
a.       Kaji saat timbul demam
R     :    Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b.       Obervasi tanda-tanda vital
R     :    Untuk mengetahui keadaan umum pasien
c.       Berikan kompres hangat pada pasien
R     :    Kompres hangat menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi perpindahan panas secara evaporasi
d.      HE kepada pasien dan kelurganya untuk tidak memakai pakaian yang tebal
R     :    Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan
e.       Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik
R     :    Pemberian obat antipiretik dapat membantu penurunan suhu tubuh
5.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d muntah, kurang nafsu makan Tujuan           : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien rajin makan, pasien, Mampu menghabikan makanan sesuai porsi yang dibutuhkan
Intervensi
a.       Kaji cara bagaimana makanan dihidangkan
R     :    Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien
b.       Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur
R     :    Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan
c.       Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sedang
R     :    Untuk menghindari mual dan muntah
d.      HE manfaat makanan/nutrisi bagi pasien sakit
R     :    Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat
e.       Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-obatan antasida
R     :    Obat antasida membantu pasien mengurangi mual dan muntah 
6.    Gangguan pertumbuhan b/d kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi
Tujuan : pertumbuhan tubuh normal
a.       Kaji tingkat pertumbuhan
R     :    Untuk memudahkan melakukan tindakan selanjutnya
b.       Ukur berat badan pasien
R     :    Untuk mengetahui perubahan pertumbuhan klien
c.       HE keluarga pasien tentang pemberian nutrisi yang seimbang
R     :    Keluarga pasien mengerti tentang pentingnya pemberian nutrisi yang seimbang
d.      kolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian gizi seimbang
R     :    Untuk memenuhi pemenuhan nutrisi yang adekuat
7.    Cemas orang tua b/d kurangnya informasi
Tujuan : orang tua tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah
a.       Kaji tingkat kecemasan orang tua pasien
R     :    Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan orang tua pasien
b.       Beri kesempatan orang tua/keluarga pasien untuk mengungkapkan perasaanya
R     :    Agar orang tua pasien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan pengobatan yang diberikan kepada anaknya
c.       Beri support pada orang tua/keluarga pasien
R     :    Agar orang tua pasien dapat bersemangat
d.      Beri penjelasan kepada orang tua pasien tentang penyakit yang diderita anaknya
R     :    Agar orang tua/keluarga pasien mengrti sepenuhnya tentang penyakit yang diderita anaknya






DAFTAR    PUSTAKA

Mansjoer Arief Supranatta. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid II penerbit fakultas
                        universitas kedokteran UI Jakarta, 2000
Suzanne C. Smeltzer. Brenda G. Bare. Keprawatan Medikal Bedah. Edisi 8 penerbit
                        EGC Jakarta, 2001
www. google. com  

0 komentar:

Go to Top
Copyright © 2015 KRIS BUDADHARMA
Distributed By My Blogger Themes | Template Created By