PHIMOSIS

BAB II
PEMBAHASAN


  2.1         Definisi
a.    Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretaksi keproximal sampai ke korona glandis.
b.    Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans).

  2.2        Etiologi
a.    Konginetal (fimosis fisiologis)
 Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis

.
b.    Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

  2.3        Manifestasi Klinis
        Gangguan aliran urin seperti sulit kencing, pancaran urin mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urin. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis (balanopostitis). Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma (timbunan smegma didalam sakus prepusium penis).

  2.4        Patofisiologi
        Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi. Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.

  2.1        Pengkajian
a.    Inspeksi terhadap genetalia menunjuukkan letak abnormal uretra
b.    Bayi atau anak laki-laki tidak dapat berkemih dengan penis berada pada posisi naik yang normal
c.    Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut :
-       Nyeri saat berkemih
-       Balloning
-       Retensi Urine

Pada pasien fimosis, penis memiliki ukuran yang jauh dibawah rata-rata, anak susah berkemih kadang-kadang sampai kulit prepusium menggelembung seperti balon. bayi atau anak sering menangis keras sebelum urine keluar, apabila sudah terjadi infeksi dibawah kulit pada penis yang tidak disunat penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak serta bisa menyebabkan penyempitan uretra.

  2.2        Diagnosa Keperawatan
v  Diagnosa Keperawatan Pre Oprasi
Diagnosa keperawatan Pre Operasi Phimosis adalah sebagai berikut :
a.    Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d penekanan pada saat berkemih.
b.    Gangguan Eliminasi urine b.d retensi urine.
c.    Resiko infeksi saluran kemih b.d penumukan smegma di ujung penis.


v  Diagnosa Keperawatan Post Operasi
            Diagnosa Keperawatan Post Operasi Phimosis adalah sebagai berikut :
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Diskontinuitas jaringan
b.    Resiko Infeksi b.d Diskontinuitas jaringan
c.    Kerusakan Integeritas Kulit b.d agen ijuri

  2.3        Definisi Diagnosa Keperawatan
v  Definisi Pre Oprasi
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penekanan pada saat berkemih
Definisi : Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social

b.    Gangguan eliminasi urin b.d retensi urine
Definisi : kehilangan urine involunter yang dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih

c.    Resiko infeksi saluran kemih b.d penumukan smegma di ujung penis.
                 Definisi : Mengalami peningkatan resikoterserang organismepatogenik

v  Definisi Post Oprasi
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Diskontinuitas jaringan
Definisi :
Keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6 bulan aatu kurang.

b.    Resiko Infeksi b.d Diskontinuitas jaringan
Definisi :
Keadaan ketika individu beresiko terserang oleh agen patogenetik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen, atau eksogen.

c.    Kerusakan integeritas kulit b.d agen injuri

  2.4        Intervensi Dan Rasionalisasi
v  Intervensi pre operasi
a.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d penekanan pada saat berkemih
Tujuan           :
-       Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
Intervensi      :
-       Kaji skala nyeri
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang harus diberikan.     
-       Ajarkan teknik relaksasi
R/  merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi. 
-       Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat
R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos

b.     Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine
Tujuan           :
-       Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine
Intervensi      :
-       Kaji haluan urine
R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan 
-       Perhatikan waktu
R/ untuk mengetahui output pasien
-       Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30 menit
R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih

c.    Resiko infeksi saluran kemih b.d penumpukan urine diujung penis
Tujuan           :
-       Tidak terjadi infeksi saluran kemih
Intervensi      :
-       Lihat tanda-tanda infeksi
R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan.
-       Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi
R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)

v  Intervensi post operasi
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Diskontinuitas jaringan
Tujuan :
-       untuk mengurangi nyeri
Intervensi :
-       Kaji rasa nyeri
-       Berikan posisi nyaman
-       Ajarkan rellaksasi distraksi
R/  Untuk mengetahui skala nyeri yang di rasakan klien
-       agar klien merasa nyaman
-       agar klien merasa rileks


b.    Resiko Infeksi b.d Diskontinuitas jaringan
Tujuan
-       Tidak terjadi infeksi
Intervensi
-       Kurangi resiko infeksi
R/ Agar tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA


Brenda, Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta: EGC



Wong, whalley. 1991. Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
USA: CV. Mosby – Year book. Inc

Suriadi. Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto


http://krisbudadharma.blogspot.com/2012/09/phimosis.html

1 komentar:

  1. kurang lengkap, yang buat askepnya malas banget yaa. masa intervensinya hanya satu doang..

    BalasHapus

Go to Top
Copyright © 2015 KRIS BUDADHARMA
Distributed By My Blogger Themes | Template Created By