BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Atresia
ani, (dubur/pelepasan imperforated), adalah kegagalan dari selaput yang anal
untuk pecah;rinci. Dubur itu adalah utuh dan berkait dengan selaput. Atresia
ani adalah paling sering ditemui di dalam melahirkan anak sapi dan babi-babi.
Jika tujuan dubur dengan membabi buta sebagai suatu kantung culde suatu jarak
yang pendek berkenaan dengan tengkorak kepada selaput yang anal, kondisi itu
menyebut atresia rektal (Angguk dan Lahunta 1985).
Dubur/pelepasan vaginalis
adalah keganjilan di mana satu pembukaan tidak biasa ada antara dubur terminal
dan liang peranakan. Dubur/pelepasan itu bisa secara parsial dikembangkan atau
kekurangan dan tinja diungsikan melalui vulva. Ketiadaan dubur/pelepasan, dubur
atau tanda titik dua kecil adalah satu menerima warisan kelainan mematikan. Itu
muncul yang luar biasa di dalam populasi yang umum hanya dengan suatu secara
relatif persentase yang tinggi di dalam jenis atau bangsa dengan darah
bercampur yang tertentu (Oehme dan Perier 1974).
Kelainan
kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan
dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis,
yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. Bentuk cacat
sejak lahir merekam dalam 71 pemamah biak, termasuk melahirkan anak sapi, anak
domba dan anak-anak, secara retrospektif ditinjau. Ada 15 atresia ani,10
atresia ani recti, 2 atresia ani dengan vaginal dan kesterilan kandung
kecing/dalam, 11 dubur/pelepasan vaginalis, 3 kloaka yang gigih, satu kloaka
yang gigih dengan kesterilan tulang belakang, 11 urachus yang gigih, 7
divertikulum urethral, 8 omphalocele dan 3 meningoceles. Perawatan berhub dg
pembedahan untuk kondisi-kondisi seperti
itu dilaksanakan setelah diagnosis pembedaan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Atresia Ani ?
2.
Apa
etiologi dari Atresia Ani ?
3.
Sebutkan
manifestasi klinis dari Atresia Ani ?
4.
Bagaimana
Patofisiologi dari Atresia Ani ?
5.
Apa
saja data penunjang dari Atresia Ani ?
6.
Bagaimana
pathway dari Atresia Ani ?
7.
Bagaimana
pengkajian pada Atresia Ani ?
8.
Apa
sajakah diagnosa keperawatan dari Atresia Ani ?
C.
Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang definisi dari
Atresia Ani.
2.
Mahasiswa
mampu menjelaskan etiologi dari Atresia Ani.
3.
Mahasiswa
mampu menyebutkan manifestasi klinis dari Atresia Ani
4.
Mahasiswa
mampu menjelaskan patofisiologi dari Atresia Ani .
5.
Mahasiswa
mampu menyebutkan data penunjang dari Atresia Ani .
6.
Mahasiswa
mampu menjelaskan pathway dari Atresia Ani .
7.
Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada Atresia Ani .
8.
Mahasiswa
mampu menegakkan diagnosa keperawatan dari Atresia Ani.
BAB II
KONSEP DASAR
MEDIS
A.
Definisi
Atresia Ani merupakan
kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L.
Wong, 520 : 2003).
Atresia
Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara kongenital
(Dorland, 1998).
Atresia
Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus, rektum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia Ani
berasal dari dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, atresia artinya nutrisi
atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubuler secara kongenital
disebut juga clausura.
Dengan kata
lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya atau buntutnya saluran atau
rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu
yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu Anus
imperforata.
B.
Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Putusnya saluran pencernaan dari
atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2.
Kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3.
Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
C.
Manifestasi Klinik
1.
Mekonium
tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.
Tidak dapat
dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.
Mekonium
keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4.
Distensi bertahap dan adanya
tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.
Bayi
muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6.
Pada pemeriksaan rectal touché
terdapat adanya membran anal.
7.
Perut kembung.
(Betz.
Ed 7. 2002)
D.
Patofisiologi
Malformasi
anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung
ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakaal
genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu
dalam perkembangan fekal. Kegagalan migarasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sacral dan abnormalitas pada uretraa dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen,
sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir
melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi
asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula
antara rektum dengan organ sekitarnya.
E.
Data Penunjang
1.
Pemeriksaan rectal digital dan
visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
2.
Jika ada fistula, urin dapat
diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3.
Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi
(teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung
rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong
rectal.
4.
Ultrasound dapat digunakan untuk
menentukan letak rectal kantong.
5.
Aspirasi jarum untuk mendeteksi
kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika
mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut
dianggap defek tingkat tinggi.
6.
Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
:
a.
Udara dalam usus berhenti tiba-tiba
yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b.
Tidak ada bayangan udara dalam
rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan
kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus.
Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c.
Dibuat foto anterpisterior (AP) dan
lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda
bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan
dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata klien
2.
Riwayat keperawatan
a.
Riwayat keperawatan/kesehatan
sekarang
b.
Riwayat kesehatan masa lalu
3.
Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi
masalah
4.
Riwayat tumbuh kembang
a.
BB lahir abnormal
b.
Kemampuan motorik halus, motorik
kasar, kognitif dan tumbuh kembang
b.
Pernah mengalami trauma saat sakit
c.
Sakit kehamilan mengalami infeksi
intrapartal
d.
Sakit kehamilan tidak keluar
mekonium
5.
Riwayat sosial
Hubungan social
6. Pemeriksaan
Fisik
a. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:
1)
Keadaan luka:
tanda kemerahan, pengeluaran cairan
2)
Adanya pembengkakan dan menutup
sempurna
3)
Lakukan pengkajian kepatenan lubang
anal pada bayi baru lahir
b.
Pemeriksaan daerah rektum:
1) Pengeluaran feses
2) Observasi adanya pasase mekonium. Perhatikan bila mekonium
tampak pada orifisium yang tidak tepat.
3) Observasi feses yang seperti karbon pada bayi yang lebih
besar atau anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi
abdomen
4) Bantu dengan prosedur diagnostik mis : endoskopi, radiografi
c. Kecemasan
d.
Nyeri
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Diagnosa
Keperawatan
Pre Oprasi :
1.
Gangguan
eliminasi BAB berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
2.
Resti
infeksi berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
3.
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
4.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pengeluaran feses tidak terkontrol
Post Oprasi :
1.
Gangguan
rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post operasi
2.
Resti
infeksi berhubungan dengan perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post
operasi
3.
Resti
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pola defekasi,
pengeluaran tidak terkontrol
4.
Gangguan
body image berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
B.
Definisi
Pre
Operasi
1.
Keadaan
ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi
feses
2.
Keadaan
ketika seseorang individu beriko terserang oleh agens patogenik atau
oportunistik (virus, jamur, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen
3.
Suatu
keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau
metabolism nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik
4.
Keadaan
ketika seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko
mengalami dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular
Post
Oprasi
1.
Keadaan
ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat
atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang
2.
Keadaan
ketika seseorang individu beriko terserang oleh agens patogenik atau
oportunistik (virus, jamur, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen
3.
Keadaan
ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan epidermis
dan dermis
4.
Suatu
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keadaan negative dari
perubahan mengenai perasaan, fikiran, atau pandangan mengenai dirinya.
C.
Intervensi
Pre
Operasi:
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2..
3.
4.
|
Gangguan
eliminasi BAB berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
Resti
infeksi berhubungan dengan feses keluar melalui vagina
Resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pengeluaran feses tidak terkontrol
|
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola
eliminasi BAB setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH:
- Pasien dapat BAB dengan normal
- Tidak ada perubahan pada jumlah
feses
Tujuan : Tidak
ada tanda-tanda infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam dengan KH:
Tanda infeksi
tidak ada
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan KH :
- Pasien tidak mengalami
penurunan berat badan
- Turgor pasien baik
- Pasien tidak mual, muntah
- Nafsu makan bertambah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan volume cairan terpenuhi
dengan KH :
1. Turgor kulit baik
2. Pengeluaran feses
terkontrol
|
1.
Kaji
tingkat nyeri yang dirasakan pasien
2.
Ajarkan
teknik relaksasi distraksi
3.
Berikan
posisi yang nyaman pada pasien
4.
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi
1.
Kaji
KU pasien
2.
Observasi
tanda-tanda infeksi
3.
Kolaborasi
pemberian antibiotik
1. Kaji KU pasien
2. Timbang berat badan pasien
3. Catat frekuensi mual, muntah
pasien
4. Catat masukan nutrisi pasien
5. Beri motivasi pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pengaturan menu
1. Monitor intake – output
cairan
2. Lakukan
pemasangan infus dan berikan cairan IV
3. Pantau TTV
|
1.Mengetahui pola BAB pasien
2. Mengetahui input dan output cairan yang
ada dalam tubuh klien
3.Mengetahui
adanya komplikasi
4.Mengurangi
rasa sakit
1. Untuk mengetahui keadsaan umum pasien
2.Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
3. Untuk meminimalkan jumlah bakteri
1.
Mengetahui keadaan umum pasien
2.Mengantisipasi
adanya malnutrisi
3. Mengetahui output pasien
4. Mengetahui
input pasien.
5.
Untuk menambah nutrisi pasien
6.
Mengetahui diit yang dibutuhkan
1. Mengantisipasi
adanya dehidrasi.
2. Mengetahui
kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi.
3. Mengetahui
keadaan umum pasien
|
http://krisbudadharma.blogspot.com/2012/05/atresia-ani.html
1 komentar: