Askep Stroke
Iskhemik
A. Pengertian
Stroke atau cedera serebrofaskuler ( CVA ), adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang
mempunyai karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonsulvif yang di
sebabkan karena gangguan peredaran darah ke otak non traumatic ( Brunner &
Suddarth, 2002 ; Tarwanto, 2007 ).
Stroke adalah gangguan fungsional
otak fokal maupun global yang terjadi akut berlangsung lebih dari 24 jam
berasal dari gangguan aliran darah ke otak. Menurut WHO, stroke adalah suatu
disfungsi neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah , dan terjadi secara mendadak ( dalam beberapa
detik ) atau setidak-tidaknya secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan
gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang
terganggu ( Lamsudin, 1997 ; Ritarwan, 2002 & kwakkel, et al, 2004 dalam
Yulinda 2009 ). Menurut Price & Wilson ( 1995 ), stroke mengacu pada setiap
gangguan neurologi mendadak yang terjadai akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui suplai arteri otak.
Stroke dibagi menjadi dua jenis
yaitu stroke iskemik
(85%) yaitu stroke yang disebabkan
karena adanya sumbatan pembuluh darah, dan stroke hemoragik
( 15% ) yaitu stroke yang disebabkan karena adanya perdarahan di otak (
AHA,2002 ). Stroke iskemia
merupakan stroke yang paling sering terjadi (85%) yang disebabkan adanya gangguan aliran darah karena sumbatan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan
adanya hipoperfusi jaringan otak signifikan. Secara terminologi stroke iskemia
adalah hilangnya fungsi otak yang di
sebabkan karena adanya gangguan suplai darah ke bagian otak tertentu (
Firmansyah, 2009 ).
B.
Etiologi
Berdasarkan etiologinya, stroke
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : stroke iskemia-infark, terdiri dari oklusi
trombotik dan oklusi embolik ; dan perdarahan intkranium, terdiri dari
perdarahan intraserebrum, perdarahan subraknoid, perdarahan subdura, dan
perdarahan epidural ( Price & Wilson, 1999).
C.
Manifestasi
klinis
Menifestasi klinik stroke tergantung
dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan
adanya sirkulasi kolateral pada stroke akut gajala klinis meliputi : kelumpuhan
wajah atau anggota badan sebelah (hemi persisi) yang timbul secara mendadak ;
gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan; Penurunan kesadaran
(kesulitan dalam bicara) ; Disatria
(bicara cadel atau pelo) ; Gangguan
penglihatan diplopia ; Ataksia ; dan Verigo , mual, muntah dan nyeri kepala
(Tarwoto,2007).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan penunjang untuk stroke, yaitu:
1. Anglografi
serebal : membatu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti
perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture
2. Skan CT:
Memperlihatkan adanya edema,hematoma, iskemia dan adanya infark
3. Fungsi lumbal:
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis emboli serebal dan
TIK. Tekanan meningakat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarachnoid atau perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat pada
kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi
4. MRI:
Menunjukkan daerah yang mengalami Infark, hemogragik, malformasi arteriovena
(MAV)
5. Ultranografi
Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis
cairan darah/muncul plak] arteriosklerotik)
6. EEG :
Mengindefikasi masalah di dasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
7. Sinar x
tengkorak : Menggabarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas;
kalsifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral; kalasifikasi parsial diding aneurisme pada perdarahan
subarachnoid (Doenges, 1999).
E. Penatalaksaanan
Menurut Tarwoto (2007),
penatalaksanan yang dilakukan pada klien stroke iskemik meliputi:
1. Penatalaksanaan Umum
a. Fase Akut
Pada fase akut penatalaksaanan stroke meliputi
mempertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunaan ventilator, Monitor
peningkatan tekanan intracranial, Monitor fungsi pernafasan: Analisa gas darah,
Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG, mengevaluasi status
cairan dan elekrolit, kontrol kelenjang jika ada dengan pemberian anti
konvulsan, dan cegah resiko injuri, Lakukan pemasangan NGT untuk menguragi
kompresi lambung dan pemberian makanan, Cegah emboli paru dan tromboplebitisis
dengan antikoaguluan, dan Monitor tanda-tanda neurology seperti tingakt
kesadaran, keadaan pupil, fungsi motorik dan sensorik, nervus cranial dan
sensorik, nervus cranial dan refles.
b. Fase
rehalibitasi
Pada Fase rehalibitasi penanganan stroke, yaitu:
memperthankan nutrisi yang adekuat ;
program menagemen bladder dan bowel; mempertahankan keseimbangan tubuh dan
ratang gerak sendi (ROM); perthankan integritas kulit; pertahankan komunisakasi
yang efektif; pemenuhan kebutuhan sehari-hari; dan persiapan pasien pulang.
2. Pembedahan
Pembedahan
pada pasien stroke dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm
atau volume lebih dari 50 ml untuk dekomprensi atau pemanasan pentasan ventrikulo – peritoneal
bila ada hydrosefalus obstruksi akut.
3. Terapi obat
– obatan
Pada kasus
stroke iskemik dibiarkan obat – obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau alfa beta,
kaptropil, antagonis kalsium pada klien dengan hipertensi ; dan pemberian
trambolsis dengan rt-PA (recombinant tissuc plasminogen).
F.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada pasien stroke dalam Doenges
dan Moorhouse (1999)
1.
Pengkajian
Pengkajian yang
dilakukan pada klien stroke iskemik adalah : Aktivitas/Istirahat dengan gejala
: merasa kesulitan untuk melakukan Aktivitas
karena
kelemahan, kehilangan sensai atau paralysis (hemiflegia), mudah merasa lelah,
susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot). Tanda :Gangguan tonus otot
(flaksid, spastis); paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum; ganguan
penglihatan : gangguan tingkat kesadaran.
Sirkulasi
dengan gejala : adanya penyakit jantung (MI, reumatik/penyakit jantung vaskuler, GJK, endokardius
bacterial), polistemia,riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial (dapat ditemukan/terjadi pada CSV) sehubungan
dengan adanya embolisme/malformasi vaskuler. Nadi : frekuensi dapat bervariasi
(karena ketidakstabilan fungsi jantung/kondisi jantung, obat- obatan) ,efek
stroke pada pusat vasomotor; disritmia, perubahan EKG ; desiren pada aroatis, femoralis, dan arteri iliako/aorto
yang abnormal. Integeritas EGO dengan gejala :
Perasaan tidak berdaya,perasaan putus asa. Tanda : Emosi yang labil dan
ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira ; kesulitan untuk mengekspresikan
diri. Eliminasi dengan gejala:
Perubahan pola berkemih, seperti
inkontinesia urine, anuria. Tanda :
Distensi abdomen (distensi kandung kemih
berlebihan), bising usus negatife (Ileus paralitik).
Makanan/Cairan dengan gejala : Nafsu makan
hilang ; mual muntah selama fase akut (PEningkatan TIK) ; Kehilangan sensai (rasa cakep) pada lidah, pipi, dan tenggorok,
disfagia ; adanya riwayat
diabetes, peningkatan lemak dalam darah. Tanda: Kesuliatan menelan (gangguan
pada reflek palatum dan faringel ;
obesitas (factor resiko). Neurosenori dengan gejala : sakit kepala,
Kelemahan/kesemutan (biasanya
terjadi selama serangan TIA), sisi yang terkena terlihat seperti mati/lampu,
penglihatan menurun. Tanda: tingkat kesadaran menurun, kelemahan, pada wajah
terjdadi paralisis. Nyeri /kenyamanan dengan gejala : Sakit kepala dengan
Intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis terkena).
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil,
gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
Pernafasan dengan gejala : Merokok (faktor risiko) . Tanda : Ketidak
mampuan menelan/batuk/hambatan jalan napas, imbulnya pernafasan sulit dan /
atau tak teratur, suara nafas terdengar/ronchi (aspirasi sekresi).
Keamanan dengan gejala : Motorik / sensorik : masalah dengan penglihatan . Tanda perubahan persepsi terhadap orientasi
tempat tubuh (strok kanan ),
kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri (pada strok kanan), hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit, kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi sendiri (mandiri)
Interaksi
Sosial dengan gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, Stroke (factor
risiko), kontrasepsi oral, kecanduan alkohol ( factor risiko). Tanda :
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomonikasi.
2.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien strok adala : perubahan perfusi jaringan
serebal berhubungan dengan interupsi aliran darah ; gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan paralysis ; gangguan komonikasi verbal berhubungan dengan
kerusakanneuro muskuler,penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
control/koordinasi atot. Kerusakaan perseptua; kognitif, ketidaknyamanan dan
despresi ; dan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi., ketidaknyamanan dan despresi ; dan kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi. Gangguan
lapang pandang, kedalaman persepsi, rasional : Gangguan penglihatan yang
sfesifik mencerminkan daerah otak yang terkena, mengidifikasikan keamanan yang
harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan ; Kaji
fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara, rasional : Perubahan
dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari lokasi/derajat gangguan
serebal dan mungkin mengidentifikasikan penurunan/peningkatan TIK.
Diagnosa
kedua, yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis. Bertujuan
,untuk mencapai tingkat mobilitas fisik yang optimal. Kriteria hasil :
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya
kontraktur, footdrop ; mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang terkena atau kompensasi ; mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas ; dan mempertahankan intregitas kulit.
Intrvensi : Kaji kemampuan secara fungsional,luasnya kerusakan awal dan dengan
cara yang teratur, rasional : Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan ; Unah posisi minimal setiap 2 jam
(telentang,miring), rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia
jaringan ; Mulailah melakukan latihan rentang gerak sktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk, rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu mencegah terbentuknya edema.
Diagnosa
ketiga, Ganguan komonikasiverbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebal, Bertujuan untuk mengidentifikasikan Pemahaman tentang masalah
komonikasi. kriteria hasil : Membuat metode komonikasi dimana kebutuhan dapat
di ekspresikan , mengunakan sumber-sumber dengan tepat. Intervensi : Kaji
tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri, rasional :
Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komonikasi ; Perhatikan
kesalahan dalam komonikasi dan berikan umpan balik, rasional : pasien mungkin
kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari
bahwa komonikasi yang di ucapkannya tidak nyata ; Mintalah pasien untuk mengikuti perintah
sederhana ( seperti ‘’buka mata’’ tunjuk ke pintu” ) ulangi dengan kata/kalimat
yang sederhana, rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan
motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak
dapat menyebutkannya.
Diagnose
keempat, perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi
sensori. Bertujuan, untuk mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi
perceptual. Kriteria hasil : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan
fungsi perceptual ; Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan
residual ; Mendemonstrasikan prilaku untuk mengkompensasi terhadap/deficit
hasil. Intervensi : Lihat kembali proses patologis kondisi individual, rasional
: Kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu dalam
mengkaji/mengantisipasi deficit spesifik dan perawatan ; Evaluasi adanya
gangguan penglihatan, rasional : Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak
negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari
kembali keterampilan motorik dan meningkatkan risiko terjadinya cidera ;
Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti berikan pasien suatu benda
untuk menyentuh, meraba, rasional : Membantu melatih kembali jaras sensorik
untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi stimulasi.
Diagnosa
kelima, Kurang keperawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/kordinasi otot, kerusakan perceptual/kognitif,
ketidaknyamanan dan depresi. Bertujuan, klien dapat merawat diri sendiri.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri ; melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat
kemampuan sendiri ; mengidetifikasi sumber pribadai/komunitas memberikan
bantuan sesuai kebutuhan sehari-hari, rasional : membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual ; Hindari
melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan, rasional : pasien ini mungkin akan menjadi
sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermamfaat dalam mencegah frustasi ; Pertahankan dukungan, sikap yang tegas.
Berikan pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya, rasional : Pasien
akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten ; Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya, rasional : Meningkatkan
perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk berusaha
secara kontinu.
Diagnose
keenam, gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
perceptual kognitif. Bertujuan, agar klien dapat menerima keadaan dirinya
sendiri sekarang. Kriteria hasil : Bicara/berkomonikasi dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi ; mengungkapkan penerimaan
pada diri sendiri dalam situasi ; mengenali dan menggabungkan perubahan dalam
konsep diri dalam yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negative. Intervensi
: Kaji luasnya ganguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuannya,
rasional : Penentuan faktor – faktor secara individu membantu dalam
mengembangkan perencanaan asuhan/pilihan intervensi ; Indikasi arti dari
kehilangan / disfungsi/ perubahaan pada pasien , rasional ; kadang-kadang
pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit
penanganaan dilain pihak ada juga orang yang mengaami kesulitan dalam menerima
dan engatasi kekurangannya ; Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya
termasuk rasa bermusuhan dan-dan perasaan marah, rasional : Mendemonstrasikan
penerimaan/ membantu pasien untuk mengenal dan memahami perasaan ini ; Bantu
dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik, rasional : Membantu
peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
Diagnose
ketujuh, kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi. Bertujuan agar klien dapat mengetahui tentang kondisi
kesehatannya. Kriteria hasi : berpartisipasi dalam proses belajar ;
mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan tarapeutik ;
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan. Intervensi : Evaluasi
tipe/derajat dari gangguan persepsi sensori,rasional : Defisit mempengaruhi
pilihan metode pengajaran dan isi/kpmpleksitas instruksi ; Diskusi keadaan
patologis yang khusus dan kekuatan pada individu, rasional : Membantu dalam
membangun harapan yang relistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan
kebutuhan saat ini ; Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan
rencana/kemungkinan melakukan kembali aktivitas, rasional : Meningkatkan
pemahaman. Memberikan harapan pada masa dating dan menimbulkan harapan dari
keterbatasan hidup.
0 komentar: