ASKEP
ASMA
A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu..
Asma bronchial adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanyapenyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan ( The American
Thoracic Society ).
Asma dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Tingkat
penyempitan jalan nafas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi.
Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses
reversible. (Brunnert & Suddarth.2001: 611)
B.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.
Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan
reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic danaspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanyasuatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktorpencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik.
2.
Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan
adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadilebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.
Asma gabungan
Bentuk asma yang
paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
C.
ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi
dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang
diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk
melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk
melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk
melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinyaserangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim,seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas
jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan
kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas.
Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus
lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.
Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
E. TANDA DAN GEJALA
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan
tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma
bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang
timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari.
F.
Komplikasi
1.
Mengancam pada
gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2.
Bronchiolitis
3.
Pneumonia
4.
Emphysema.
5.
Hipoksemia
6.
Pneumothoraks
7.
Emfisema
8.
Deformitas
thoraks
9.
Gagal nafas
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal
charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
2) Spiral curshmann,
yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
3) Creole yang merupakan
fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan
eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas
yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b.
Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah
pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
2) Kadang pada darah
terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3) Hiponatremia dan
kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
c.
Pencetus :
1) Allergen
2) Olahraga
3) Cuaca
4) Emosi
2. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi
pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan
bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b. Bila terdapat
komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat
komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan
gambaran atelektasis lokal.
d. Bila terjadi
pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
H. Penatalaksanaan asma :
1.
Posisikan
pasien semifowler
2.
Oksigen nasal
atau masker dan terapi cairan parenteral.
a. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan.
Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
b. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di
bawah ini ( per oral ) :
1) Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme
:
a) Efedrin
: 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
b) Salbutamol : 0,1-0,15
mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
c) Terbutalin :
0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya
tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping
obat dan monitor efek samping obat.
2) Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus,
mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
a) Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
b) Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4
kali/24 jam
Pemberian
melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf
pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan
kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat
infus kusus misalnya infus pump.
3) Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa
bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari
(pada serangan hebat).
I.
Asuahan
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
yang lalu:
1) Kaji riwayat pribadi
atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
2) Kaji riwayat reaksi
alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
3) Kaji riwayat
pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
1) Ketidakmampuan
melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
2) Adanya penurunan
kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi
duduk tinggi.
c. Pernapasan
1) Dipsnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2) Napas memburuk ketika
pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat
bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas
mengi.
5) Adanya batuk
berulang.
d. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan
tekanan darah.
2) Adanya peningkatan
frekuensi jantung.
3) Warna kulit atau
membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
1) Ansietas
2) Ketakutan
3) Peka rangsangan
4) Gelisah
f. Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk
makan karena distress pernapasan.
2) Penurunan berat badan
karena anoreksia.
g. Hubungan sosal
1) Keterbatasan
mobilitas fisik.
2) Susah bicara atau
bicara terbata-bata.
3) Adanya ketergantungan
pada orang lain.
h. Seksualitas
Penurunan
libido
2.
Pemeriksaan
fisik
a. Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi,
Takipnea, Batuk kering, Ronkhi.
b. Kardiovaskuler : Takikardia
c. Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur.
d. Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas.
e. Integumen : Sianosis, pucat.
f. Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
g. Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor
kulit, output urine.
3.
Diagnosa
Keperawatan Dan Fokus Intervensi
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme
: peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental :
penurunan energi/kelemahan
Tujuan :
Bersihan jalan nafas efektif
KH
:
§ Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih/jelas
§ Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas
§ mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis;
mengi, krekels, ronki
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan
3) Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah,
ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum
6) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
7) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk
pendek, basah
8) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi
jantung dan memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti
makanan
9) Berikan obat sesuai indikasi
10) Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada
b. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen,
kerusakan alveoli
Tujuan
: Pertukaran gas efektie dan adekuat
KH
:
§ Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan
adekuat dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
§ Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan /situasi
Intervensi
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan
otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
2) Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir
sesuai kebutuhan / toleransi individu.
3) Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila
diindikasikan.
4) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran
udara dan / bunyi tambahan.
5) Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki
adanya perubahan.
6) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
7) Awasi tanda vital dan irama jantung.
8) Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
9) Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan masukan oral
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kh
:
§ Menunjukan peningkatan BB
§ Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk
meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat
kesulitan makan, evaluasi BB.
2) Avskultasi bunyi usus.
3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
4) Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah
makan berikan makan porsi kecil tapi sering.
5) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
6) Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
7) Timbang BB sesuai induikasi.
8) Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.
d. Kecemasan b.d Kurang pengetahuan
Tujuan
: Kecemasan terkontrols
Kriteria Hasil
:
§ Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan
tindakan.
§ Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari
proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.
§ Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam
program pengobatan.
Intervensi:
1) Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga
2) Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
3) Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping,
dan reaksi yang tidak diinginkan
4) Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara
memegang, interval semprotan, cara membersihkan.
5) Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
6) Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk
berhenti merokok pada klien atau orang terdekat
7) Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, E.J.
2000. Buku Saku Patofisiologi, Alih bahasa Braham. U. EGC: Jakarta
Heru
Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.
Mansjoer, A.
2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid 2. Media
Aesculapius: Jakarta
NANDA, 2006.
Diagnosa Keperawatan. PSIK-FK UGM: Yogyakarta
Wilkinson, J.M,
2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC: Jakarta
0 komentar: