BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Gizi buruk adalah bentuk terparah
dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara
sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.
Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah
standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000)
Marasmus
adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi
(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila
kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup
lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar,
2001).
Marasmus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat
pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang.
Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau
lebih tanda defisiensi protein dan kalori. http://teguhsubianto.blogspot.com
B.
ETIOLOGI
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai
berikut:
1.
Masukan makanan yang kurang
Marasmus
terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2.
Infeksi
Infeksi yang
berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil
gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3.
Kelainan struktur bawaan
Misalnya:
penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
4.
Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
5.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein
yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak
tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan
metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
6.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi
yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi
akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan
berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat
kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput.
Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.
Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe,
tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi
dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu
manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus
kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit
keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun
cekung pada bayi
6. Jaingan
subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
10. Wajah
seperti orang tua
11. Cengeng,
rewel
12. Perut cekung
13. Iga gambang
14. Sering
disertai :
a. enyakit
infeksi (umumnya kronis berulang)
b. diare kronik
atau konstipasi/susah buang air
D. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi
manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi
oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan
Fisik
a. Mengukur TB
dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam
kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
b. Mengukur
ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya
adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
c. Status gizi
juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka
dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2.
Pemeriksaan
laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
F.
KOMPLIKASI
1.
infeksi tuberculosisi
2.
parasitosis, disentri
3.
malnutrisi kronik
4.
gagguan tumbuh kembang.
5.
hipoglikemia
6.
hipotermia
7.
dehidrasi
8.
gangguan fungsi vital
9.
gangguan keseimbangan elektrolit
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Keadaan ini
memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian
terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan
segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian
riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang
berat badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet : Memberikan
Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai
keadaan gizi optimal.
b. Pemberian Cairan/Makanan
tahapan pemberian cairan/makanan :
1) tahap
stabilisasi / fase inisial
2) tahap
transisi/fase penyesuaian
3) tahap
rehabilitasi/fase penyembuhan
4) tahap
pembinaan/fase pemulihan
a) Tahapan Stabilisasi (Initial)
Ø Tahap awal
yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan intravena.
Ø Cairan yang
diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.
Ø Cairan
diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8
jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
b) Tahapan
Transisi (Penyesuaian)
Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian
makanan yg sesuai dg kemampuan digesti dan absorbsi penderita.
Ø Porsi kecil
tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)
Ø Umur < 1
tahun / BB < 7 kg :
Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila
masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur.
Ø Umur > 1
tahun / BB > 7 kg :
Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair
kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
Ø Kalori yang
diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari
Ø Susu formula
/ rendah laktosa
Ø Bila tak
minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi
dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe)
c) Tahap
Rehabilitasi
Ø Intake
kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian disesuaikan
dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.
Ø Jenis
makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di
rumah.
d) Tahapan
Pembinaan
Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan
sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis
makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumah
Tujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari
berulangnya KEP
Ø Intake
100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
Ø Anak dengan
Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB
normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi
telah teratasi.
Ø Penderita
yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa
seperti yang dimakan sehari-hari.
c.
Pencegahan
1) Pemberian
air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi.
2) Ditambah
dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas.
3) Pencegahan
penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4) Pemberian
imunisasi.
5) Mengikuti
program KB untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6) Penyuluhan/pendidikan
gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka
panjang.
7) Pemantauan
(surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan BB tiap bulan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
- Konsep Asuhan Keperawatan Marasmus
a. Riwayat
Keperawatan
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk
rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama
semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post
natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi
pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian Fisik
Meliputi
pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan
dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran,
tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan
genito-urinari
Fokus
pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri
(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda
dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan
lemak pipi), edema palpebra
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk,
sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar,
bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan
adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut,
ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu
ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.
- Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
1) Dapatkan
riwayat diet
2) Dorong
orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3) Minta anak
makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4) Gunakan alat
makan yang dikenalnya
5) Perawat
harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
6) Sajikan
makansedikit tapi sering
7) Sajikan
porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan
suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Monitor
tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
2) Monitor
jumlah dan tipe masukan cairan
3) Ukur
haluaran urine dengan akurat
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik,
elastisitas normal
Intervesi :
1) Monitor
kemerahan, pucat,ekskoriasi
2) Dorong mandi
2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
3) Massage
kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
4) Alih baring
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan
pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7
C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
1) Mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2) Pastikan
semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
3) Instruksikan
pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control infeksi
4) Beri
antibiotik sesuai program
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya
informasi.
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan
pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
1) Tentukan
tingkat pengetahuan orangtua pasien
2) Mengkaji
kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
3) Dorong
konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
4) Berikan
informasi tertulis untuk orangtua pasien
f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan
kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya.
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku
personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan
usianya.
Intervensi :
1) Ajarkan pada
orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
2) Kaji tingkat
perkembangan anak dengan Denver II
3) Berikan
kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
4) Berikan
mainan sesuai usia anak.
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan
sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.
Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan
melakukan aktifitas.
Intervensi :
1) Berikan
permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
2) Bantu semua
kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien
h. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya
masukan protein (malnutrisi).
Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab
dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan
sacral.
Intervensi :
1) Pantau kulit
terhadap tanda luka tekan
2) Ubah posisi
sedikitnya 2 jam
3) Kaji masukan
diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
DAftar Pustaka
0 komentar: