BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian
Dengue Haemorargic Fever (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti betina (Hidayat,
A. A. A, 2009; hal. 123).
Demam Berdarah Dengue adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
aegypti dan Aedes albopictus) (Ngastiyah, 2005; hal. 368).
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi
& Yulianni, R, 2006; hal. 57).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, A, 2001; hal. 428).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, Dengue
Haemorargic Fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui vektor nyamuk aedes aegypti betina
dengan gejala demam serta nyeri otot dan sendi.
B.
Etiologi
Virus
dengue termasuk flavivirus dari
keluarga flaviviridae. Virus yang
berukuran kecil (50 nm) ini mengandung RNA berantai tunggal. Virionnya
mengandung nukleokapsid berbentuk kubus yang terbungkus selubung lipoprotein.
Virus dengue membentuk kompleks yang khas di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan biologisnya. Ada
empat serotipe virus yang kemudian dinyatakan sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Infeksi manapun akan memicu imunitas seumur hidup terhadap serotipe
tersebut. Walaupun secara antigenik serupa, keempat serotipe tersebut cukup
berbeda dalam menghasilkan perlindungan silang selama beberapa bulan setelah
terinfeksi salah satunya.
Virus
dengue ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk aedes (Ae) dari subgenus stegomyia.
Aedes aegypti merupakan vektor epidemik yang paling penting, sementara
spesies lain seperti Aedes albopictus,
Aedes polynesiensis merupakan vektor sekunder dari penyebaran demam
berdarah.
C.
Patofisiologi
- Proses perjalanan penyakit
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty. Hal pertama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hiperemia dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran
limfa (Splenomegali).
Virus dengue akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,
dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trombositopenia akibat menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) yang
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor yaitu
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
D. Manifestasi
klinik
Manifestasi yang sering ditemukan pada penderita DHF
adalah demam tinggi selama 5-7 hari, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit
seperti petekie, ekimosis, dan hematoma. Epistaksis, hematemesis, melena dan
hematuri, mual muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi, nyero otot dan
sendi, abdomen dan ulu hati. Sakit kepala, pembesaran sekitar mata, pembesara
hati limpa dan kelenjar getah bening, serta tanda-tanda renjatan (sianosis,
kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih
dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
E. Klasifikasi
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan
spontan, uji turniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Tanda dan gejala pada derajat I disertai perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi,
kulit dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
F.
Komplikasi
Pada penderita DHF komplikasi yang dapat terjadi
adalah Hipovolemia, Perdarahan, syok, dan efusi pleura.
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada penderita DHF tanpa penyulit
adalah:
1. Tirah
baring.
2. Makanan
lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu,
air dengan gula, sirop) atau air tawar ditambah garam.
3. Medikamentosa
yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres,
antipiretik golongan asetaminofen,
eukinin, atau dipirinon dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik
diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan dapat dilakukan:
1. Pemasangan
infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.
2. Observasi
keadaan umum, nadi, takanan darah, suhu, dan pernafasan tiap jam serta Hb dan
Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
3. Pada asien
DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer
laktat yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila
tidak terjadi perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau
dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg berat badan dan
dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan
didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian anak dengan DHF ditemukan adanya
peningkatan suhu yang mendadak disertai menggigil, adanya perdarahan kulit
seperti petekhie, ekimosis, hematom, epistaksis, hematemesis melena. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri otot, sakit kepala, nyeri ulu hati,
pembengkakan sekitar mata.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua
atau hari ketiga. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa
pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, SGOT, SGPT, ureum dan pH
darah mungkin meningkat.
b. Uji serologi
1) Uji serologi
memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan kovalesen, yaitu
pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi antidengue
sebanyak minimal emapat kali.
2) Uji serologi
memakai serum tunggal, yaitu uji dengue
blot yang mengukur antibodi
antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur
hanya antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada
tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.
c. Rontgen
torak, mengidentifikasi terjadinya efusi pleura.
d. Uji turniket
(+).
2. Diagnosa
keperawatan Dan Fokus Intervensi
a. Hipertermia
berhubungan dengan viremia (proses infeksi virus).
Tujuan :
Menurunkan suhu tubuh serta mempertahankannya dalam kondisi normal.
Kriteria Hasil :
ü Suhu tubuh
normal (36.5- 37,5 0C).
ü Akral sedang.
Intervensi:
1) Ukur
tanda-tanda vital (suhu tubuh).
2) Berikan
kompres dingin pada daerah aksila dan lipatan paha.
3) Berikan
antipiretik sesuai dengan ketentuan.
4) Berikan
antibiotik jika diperlukan.
5) Libatkan
keluarga dan ajarilah cara melakukan kompres yang benar.
b. Kekurangan
volume cairana berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, muntah.
Tujuan : Kekurangan volume cairan teratasi.
Kriteria hasil :
ü Intake dan
output seimbang.
ü Turgor kulit
elastis.
ü Membran
mukosa normal/ tidak kering.
Intervensi:
1) Observasi
keadaan umum klien.
2) Pantau
tanda-tanda vital.
3) Kaji
tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, ubun-ubun, dan pengisian
kapiler).
4) Observasi
intake dan output klien.
5) Anjurkan
anak untuk banyak minum.
6) Berikan
cairan intravena dan pertahankan tetesan sesuai dengan ketentuan.
7) Monitor
nilai laboratorium (elektrolit darah, BJ Urin).
c. Resiko
terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000/ul).
Intervensi:
1) Pantau
tanda-tanda terjadinya perdarahan.
2) Pantau
penurunan jumlah trombosit, Hb, Ht.
3) Anjurkan
anak untuk irtirahat.
4) Kolaborasi
dalam pemberian obat dan tranfusi bila terjadi perdarahan.
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
ü Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BB.
ü Intake dan output makan
seimbang.
ü Tidak mual,
muntah, konjungtiva tidak anemis.
Intervensi:
1) Timbang
berat badan setiap hari.
2) Berikan
makanan yang mudah ditelan seperti b bur dan hidangkan dalam keadaan hangat.
3) Anjurkan
kepada orang-tua untuk memberikan porsi makanan sedikit tetapi sering.
4) Catat
jumlah/ porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
5) Berikan obat
antiemesis jika diperlukan.
DAFTAR ISI
0 komentar: